Cerpen Tahun Baru #3



“Ya Tuhan!” pekik Anne di ruang kerjanya. “Aku bisa gila dengan semua ini!”

Gwendoline, sekretaris pribadi Anne, menaikkan alisnya seraya menatap Anne. Dia tersenyum kecil lalu kemudian melanjutkan pekerjaannya. Gwendoline sudah tiga tahun menjadi sekretaris Anne dan ini adalah tahun baru ketiga yang dilewatinya bersama Anne. Ini selalu terjadi setiap tanggal 31 Desember. Atau tepatnya, hari ini.

“Anne, kenapa kau selalu membenci perayaan tahun baru? Itu menyenangkan,” kata Gwendoline, heran.

“Menyenangkan? Melihat kembang api yang hanya menyala beberapa detik dengan kalimat-kalimat tolol? Mabuk-mabukan tak jelas? Menurutku, itu sangat mengerikan.”

“Tapi berkumpul dengan orang-orang terdekat di tahun baru? Itu hal yang romantis,” Gwendoline tetap bersikeras.

“Untuk apa? Aku bisa melakukannya kapan saja kalau aku mau,” jawab Anne sengit.

Gwendoline menghela napas pasrah. Ya, Anne memang memiliki kepribadian yang sedikit sombong. Well, dia memang memiliki banyak uang, tapi masalahnya dia menganggap segalnya bisa dibeli dengan uang. Apalagi sifat keras kepala Anne yang membuat Gwendoline malas berlama-lama debat dengan Anne.

“Lebih baik kita pulang cepat hari ini,” saran Anne, “supaya aku tidak terjebak dalam kerumunan orang-orang di London Eye dan kau bisa cepat-cepat melaksanakan perayaan tahun baru di rumahmu. Betul kan?”

Gwendoline mengangguk pelan. Dia tidak peduli bahwa hal itu dilakukan Anne demi kepentingan Anne juga, yang penting dia bisa membereskan rumahnya untuk mempersiapkan perayaan tahun baru di sana.

***

London, 23.30

Ditemani secangkir susu hangat, Anne menikmati suasana kota London yang dingin di malam hari. Dari jendela rumahnya, Anne dapat melihat dengan jelas ledakan kembang api di mana-mana.

“Kenapa aku membenci ini semua?”

Tidak, aku tidak membenci ini. Aku hanya belum bisa menghadapinya, batin Anne menjawab pertanyaannya sendiri.

Anne kembali mengingat kenangan empat tahun lalu. Semua terencana dengan begitu indah. Anne dengan Robert. Begitu indah. Malam tahun baru yang begitu mereka nantikan. Tapi sayangnya, malam itu juga yang menghancurkan semuanya. Malam petaka bagi Anne.

Seharusnya malam itu Robert datang menemui orangtua Anne, meminta restu pada keduanya. Tapi semua langsung buyar. Hancur berantakan. Robert tidak datang. Anne kecewa, bahkan sampai sekarang.

Belum lagi orangtua Anne yang terlanjur menilai Robert sebagai lelaki tidak bertanggung jawab. Sebenarnya Anne ingin mengiyakan pendapat orangtuanya, tapi sebagian hatinya berontak karena Anne tahu Robert bukan tipe lelaki seperti itu. Tapi bagaimana Anne mau menjelaskan sedangkan dia tidak punya bukti?

Kriinngg…

Lamunan Anne yang melayang-layang ke masa lalunya langsung buyar begitu mendengar dering teleponnya. Belum sempat Anne mengatakan halo, suara Gwendoline terdengar nyaring di balik telepon.

“Anne, ayo cepat ke sini!”

“Ada apa?” tanya Anne malas-malasan.

“Ini penting. Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Kau datang saja.”

Klik! Telepon langsung ditutup secara sepihak oleh Gwendoline.

Anne menggerutu melihat sikap Gwendoline yang seenaknya. Apalagi perkataan Gwendoline yang menggantung itu, membuat Anne penasaran. Hf, padahal dia sebenarnya malas untuk mengikuti perayaan tahun baru, tapi apa boleh buat. Sekali penasaran, tidak ada hal lain yang bisa menentang rasa penasaran itu.

Akhirnya dengan agak terpaksa sekaligus rasa penasaran Anne menuju ke rumah Gwendonline, dimana perayaan pesta tahun baru pasti sedang berlangsung dengan sangat meriah disana.

***

Rumah Gwendoline, 23.58

“Ah, ini dia!” teriak Gwendoline girang ketika Anne memasuki rumahnya.

“Ayo, cepat jelaskan apa hal pentingnya,” desak Anne tak sabaran.

“Aku akan memperkenalkanmu pada seorang laki-laki,” kata Gwendoline, “maaf, tapi kupikir kau kesepian tanpa laki-laki. Apalagi ini malam tahun baru. Apa kau tidak bosan, di rumah sendirian sementara orang-orang menghabiskan waktu di luar untuk bersenang-senang?”

Anne mengangkat alisnya dengan tatapan tersinggung.

“Maaf, bukan maksudku…”

“Tidak apa-apa,” potong Anne cepat. “Mencari kenalan di malam tahun baru? Itu menarik juga,” lanjutnya dengan ekspresi yang berbeda dari sebelumnya. Sekaligus mencari orang yang bisa membantu melupakan Robert, tambah Anne dalam hati.

Akhirnya Gwendoline mengajak Anne ke dalam ruang tamunya. Benar-benar mewah, cirri khas seorang penggila pesta macam Gwendoline. Tamu-tamu yang datang juga cukup banyak. Tapi yang satu, mereka pasti bukan orang sembarang kalau dilihat dari pakaian mewah yang mereka kenakan.

“Huh, seandainya saja aku tidak lupa bahwa Gwendoline sedang mengadakan pesta, aku pasti tidak akan mengenakan pakaian jelek ini,” gerutu Anne dalam hati, ketika sadar beberapa pasang mata menatapnya dengan aneh, sangat tidak pas dengan Gwendoline yang tampak glamour malam ini.

“Kenalan, ini kakak kelasku sewaktu kuliah,” kata Gwendoline.

Anne menatap laki-laki yang diperkenalkan oleh Gwendoline.

Tidak, tidak mungkin. Ini mimpi. Masa orang di depanku ini dia? Bukannya dia sudah pergi?

Laki-laki itu juga menatap Anne dengan tatapan aneh. Tatapan kaget bercampur gembira. Entahlah.

“Anne?”

“Robert?”

“Kenapa kamu tidak datang meminta restu orangtuaku?!” jerit Anne tiba-tiba. Kekesalan yang dipendamnya selama bertahun-tahun akhirnya dilepaskannya. “Kau membuatku kecewa. Aku betul-betul marah!”

“Ssst, diam dulu dan dengar penjelasanku,” kata Robert dengan wajah menahan geli.

Dan betapa terkejutnya Anne mendengar pengakuan Robert. Rahasia yang dipendam selama bertahun-tahun dan membuat Anne kadang merasa ingin membunuh Robert jika bertemu dengannya. Tentang Robert yang mengikuti beasiswa di Jepang, Robert yang sudah meminta restu orangtua Anne jauh-jauh hari sebelum kepergiannya ke Jepang, dan drama orangtua Anne yang berpura-pura tidak tahu apa-apa.

“JAHAT!!” jerit Anne dengan terisak-isak. “Bagaimana kalau aku menyukai cowok lain?”

“Tapi setidaknya, semua ini berakhir bahagia bukan? Dan kau, masih milikku.”

***

Setahun kemudian…

Hai Gwen,

Bagaimana kabarmu di Australia sana? Semua baik kan? Aku harap begitu, sebab kalau tidak, kau takkan bisa mengunjungi pesta perkawinanku dengan Robert. Yayaya, tentu saja ini semua tidak lepas dari bantuanmu. Aku mengucapkan banyaaaaaaaaakkkkkk….. terima kasih untukmu. Jadi, kau mau datang kan, Gwen? Ayolah, masa kau tidak rindu dengan tanah Inggris ini?

Kutunggu kehadiran. Kiss ‘n hug for u :* 

Dari sahabatmu,
Anne

THE END

Nekat.

Hahaha, anda perlu ini jika anda ingin melakukan sesuatu yang kemungkinan resikonya lebih gede daripada amannya.

Tapi bagiku sih, simple aja.

Kita gak bakalan tahu apa yang terjadi kan, sebelum kita mencoba?

Seperti cerita di atas.

THIS IS END OF MY SERIES STORIES
THANK YOU SO MUCH FOR YOU WHO WANT TO SPENT YOUR TIME JUST TO READ MY STORY. ONCE AGAIN, BIG THANKS FOR YOU ;)







ouwww, and happy new year!! ^_^
Don't forget to read this:
  1. Cerpen Tahun Baru #1 
  2. Cerpen Tahun Baru #2



Komentar