Mengenal Korupsi dari Lingkungan Sejak DIni





Perilaku korupsi sekarang sudah seperti makanan sehari-hari di Indonesia. Bukan hanya dalam lingkup pemerintahan, tapi sudah masuk dalam tindakan sehari-hari yang menembus semua lapisan masyarakat. Dapat terjadi di perusahaan kerja, lembaga pendidikan, panitia kegiatan, bahwa di dalam keluarga. 

Padahal kalau para koruptor-korupsi kecil maupun besar-itu berpikir sejenak mengenai dampak korupsi sebelum melakukan hal tidak jujur itu, mereka bisa menemukan banyak hal. Untuk dirinya pribadi saja, apabila ketahuan, nama baiknya dan keluarganya menjadi rendah di mata orang lain. Belum lagi penggantian biaya yang telah dia gelapkan. Yang lebih berbahayanya korupsi terhadap suatu negara, selain kerugian yang cukup besar, akan muncul generasi-generasi penerus yang mencontoh tindakan kurang baik dari para penggelap uang tersebut.

‘Pak anu yang pejabat itu saja korupsi, masa kita tidak boleh?’

Indonesia akan hancur kalau sebagian besar generasi penerusnya memiliki pemikiran semacam itu. Indonesia akan menjadi negara yang dicibir di dunia internasional.
Pada akhirnya anak-anak mulai mengenal dan melihat tindakan korupsi itu dari lingkungan mereka sejak dini. Karena mereka tahu tapi tidak mengetahui akibat dari perbuatan itu, perlahan-lahan anak mempraktekkan tindakan tersebut hingga kemudian menjadi kebiasaan ketika kelak dia dewasa.

Contoh sederhana kebiasaan korupsi kecil-kecilan:

Si cucu disuruh neneknya membeli minyak goreng di warung dengan uang 10000 ribu pemberian si nenek. Ternyata harga minyak goreng itu 8000 ribu sehingga sisa kembaliannya adalah 2000 ribu. Si cucu berpikir, ‘saya ambil saja uang kembaliannya deh. Cuma dua ribu, pasti nenek tidak akan memusingkannya’. Lalu kemudian dia pulang dan memberikan minyak itu pada neneknya tanpa memberitahu bahwa dia mengambil uang kembaliannya. Si nenek sebenarnya tahu bahwa seharusnya masih ada uang kembalian dan yakin bahwa uang itu diambil cucunya. Tapi si nenek tidak berkata apa-apa dan menganggap itu upah kerja si cucu.
Nah, di sinilah kesalahan kebanyakan orang.

Jika berada di posisi si nenek, walau kembalian itu memang hak si anak, seharusnya si nenek memberi penjelasan,

‘kembaliannya ada tidak?’

Kalau si anak berkata iya dan memberikannya, katakan bahwa dia boleh mengambilnya. Tapi kalau dia berkata tidak, berhati-hatilah sebab anak itu sudah memiliki sedikit bibit koruptor.

Dan tak bisa dipungkiri, keluargalah pilar utama untuk membangun karakter kejujuran dalam diri seorang anak sejak dini. Beri pemahaman bahwa mengambil kepunyaan orang lain adalah hal buruk dan salah satunya adalah korupsi. Kalau mau mengambil sesuatu, harus bilang dulu Jelaskan bagaimana perasaan mereka ketika kepunyaan mereka diambil dengan curang.

Terakhir, jangan terlalu menghujani seorang anak dengan uang dan harta berlimpah. Ajar mereka betapa sulitnya mencari uang dengan cara yang benar. Jangan sampai karena mereka sudah terbiasa berlimpah harta, begitu berkekurangan, berusaha mencari kekayaan dengan cara curang.

Tapi yang terpenting adalah, pemahaman-pemahaman tersebut jangan hanya diberikan sekali sehingga dianggap hanya angin lalu bagi mereka. Beri terus penjelasan, lakukan dalam tindakan nyata sehingga bisa menjadi contoh yang baik, dan bahkan kalau perlu lakukan sosialisai di sekolah-sekolah. Semoga setelah ini, kita bisa membangun Indonesia yang makmur dan sejahtera tanpa korupsi.

Amin.   

Komentar